Artikel “J.B.Sumarlin”- kelompok 2

Belajar dari J.B. Sumarlin: Menghidupi Integritas dan Nasionalisme di Era Modern

Johannes Baptista Sumarlin, atau lebih dikenal dengan J.B. Sumarlin, adalah seorang ekonom Indonesia dan pernah memegang jabatan pemerintahan di bidang ekonomi, khususnya pada masa Orde Baru hingga era reformasi. Sumarlin pernah menduduki berbagai jabatan strategis seperti ketua BPK, Menteri Keuangan, Ketua Bappenas, dan Menag PAN. Jabatan tersebut bukan hanya posisi, tetapi sarana untuk membuktikan dedikasi, kerja keras, integritas dan komitmen kepada bangsa. Ia dikenal sebagai tokoh yang memegang teguh religiusitas dan nasionalisme.

Sumarlin mendedikasikan dirinya untuk bangsa Indonesia, terutama dengan menjaga stabilitas ekonomi negara pada masa sulit. Saat ini, Indonesia menghadapi tantangan besar berupa kesenjangan sosial-ekonomi, praktik korupsi, integritas yang lemah dan menurunnya kepercayaan warga Indonesia kepada pemerintah. Berdasarkan data dari BPS, tingkat kesenjangan sosial-ekonomi di Indonesia masih cukup tinggi. Di sisi lain, laporan Transparency International menempatkan Indonesia pada skor Indeks Persepsi Korupsi (IPK) 34/100 pada 2024, menandakan masih banyak praktik KKN (korupsi, kolusi, nepotisme). 

Dalam kondisi sekarang, nilai nasionalisme dengan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara dapat menjadi jawaban atas permasalahan tersebut. Semangat nasionalisme juga tercantum pada UUD 1945 Pasal 27 ayat (3): “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.”Artinya, setiap individu tidak hanya berhak tetapi berkewajiban untuk ikut serta dalam mengutamakan kepentingan bangsa dan negara.

Nilai-nilai keteladanan J.B Sumarlin seperti kerja keras, kedisiplinan, integritas, dedikasi pada bangsa, dan komitmen pada pendidikan juga menjadi jawaban yang sangat relevan. Nilai-nilai itu bukan hanya sekedar inspirasi personal, tetapi sebagai jalan moral untuk generasi muda Indonesia. Selain dari masalah KKN (korupsi kolusi, nepotisme) di Indonesia, nilai-nilai Sumarlin tetap relevan hingga hari ini. Di tengah era digital dan globalisasi, kompetisi antarindividu semakin ketat. Kedisiplinan belajar, kerja keras, dan komitmen terhadap tanggung jawab menjadi kunci agar generasi muda tidak tertinggal. Sumarlin yang berasal dari keluarga sederhana menunjukan bahwa keterbatasan bukan penghalang jika disertai kerja keras dan ketekunan.

Tak hanya itu, Sumarlin adalah umat Katolik yang taat. Ia menjadikan imannya sebagai pedoman dalam menjalankan profesinya. Hal ini sangat relevan dengan berita yang sering kali beredar saat ini yaitu praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Ayat Alkitab Kolose 3:23 menegaskan: “Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.” Sumarlin menjadi teladan bahwa iman dapat memperkuat integritas moral. Iman membentuknya menjadi pribadi yang disiplin, jujur, dan bertanggung jawab atas pekerjaannya. Selain itu, Markus 10:45 mengatakan bahwa, “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani.” Semangat pelayanan inilah yang ditunjukkan Sumarlin dengan mengutamakan kesejahteraan rakyat melalui kebijakan-kebijakan ekonominya.

Dalam kehidupan sehari-hari, Sumarlin menjadi teladan dalam menyeimbangkan kewajiban sebagai warga Indonesia tetapi juga sebagai umat Katolik. Hal ini sesuai dengan apa yang pernah disampaikan oleh Mgr. Albertus Soegijapranata yaitu menjadi 100% Katolik dan 100% Indonesia. Nilai-nilai Sumarlin juga sesuai dengan semangat Vincensian yang menekankan kasih, kerendahan hati, dan pelayanan kepada yang miskin serta lemah. Pelayanannya kepada rakyat lewat kebijakan ekonomi, keberaniannya menegakkan aturan tanpa pandang bulu, serta kerendahan hati dengan turun langsung ke lapangan untuk memahami persoalan rakyat, semuanya mencerminkan nilai-nilai Vincensian. Nilai inilah yang juga seharusnya dihidupi oleh generasi muda saat ini, agar mereka tidak hanya mengejar kepentingan pribadi tetapi juga memberi manfaat bagi sesama.

Sebagai murid, mencontek pada saat ulangan dan “menumpang” nilai pada saat kerja kelompok adalah hal yang sering dijumpai. Namun, satu hal yang perlu kita pegang teguh adalah kejujuran dalam segala tugas dan tanggung jawab. Selain itu, belajar dengan giat untuk berprestasi adalah kewajiban utama kita untuk berkontribusi kepada Indonesia.  Dalam kehidupan bermasyarakat, kita menaati apa yang telah menjadi kewajiban yaitu berpartisipasi dalam bela negara dan juga membayar pajak. Sikap toleransi haruslah kita pegang teguh ditengah masyarakat Indonesia yang memiliki kepercayaan yang berbeda-beda.

Nilai-nilai yang diwariskan oleh J.B. Sumarlin bukan hanya catatan sejarah, melainkan pedoman moral yang tetap hidup. Di tengah krisis moral dan sosial yang dihadapi bangsa ini, teladan Sumarlin menjadi kompas yang mengarahkan generasi muda pada kejujuran, dedikasi, dan integritas. Generasi muda tidak cukup hanya mengagumi, tetapi harus menghidupi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan nyata. Dengan menjadi “100% Indonesia,” artinya siap berkontribusi dengan kejujuran, kerja keras, dan dedikasi, perjuangan para tokoh bangsa seperti Sumarlin dapat dilanjutkan, bukan lagi dengan mengangkat senjata, melainkan dengan integritas, kerja keras, dan pengabdian demi Indonesia yang lebih baik.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *