Behind the Scenes

Proyek Mandarin yang dilaksanakan oleh seluruh siswa kelas 12 SMAK St. Louis 1 Surabaya diawali dengan proses pemilihan jenis kegiatan yang akan dilakukan. Pilihan-pilihan yang tersedia cukup beragam, diantaranya adalah talent show bertema budaya Tiongkok, seni ukir buah dengan tema Tiongkok, kompetisi board game khas Tiongkok, papier mâché bertema budaya Tiongkok, serta kompetisi mahjong. Pemilihan dilakukan secara demokratis melalui Google Form, diikuti oleh seluruh siswa kelas 12, dan hasil akhir menunjukkan bahwa mayoritas memilih kompetisi mahjong sebagai proyek utama.

Setelah pemilihan selesai, kompetisi mahjong mulai disusun. Format kegiatan ini berupa pertandingan antar kelompok di dalam masing-masing kelas. Setiap kelompok terdiri dari empat orang pemain yang saling bertanding untuk menentukan perwakilan kelas. Pertandingan awal dilakukan di dalam kelas, namun karena keterbatasan waktu dan ruang, sebagian pertandingan lanjutan harus dilaksanakan di luar kelas, tepatnya di area Pohon Cinta sekolah. Area ini dipilih agar pertandingan dapat berlangsung dengan lebih leluasa serta memberi kesempatan kepada guru dan siswa lain untuk menonton dan memahami permainan mahjong secara langsung.

Selain kegiatan utama berupa kompetisi mahjong, terdapat kegiatan pendamping atau side quest, yaitu memasak dan menyajikan makanan khas dari daerah Guangdong, Tiongkok, yang nantinya akan dinilai oleh guru-guru. Setiap kelas mendapatkan daerah asal masakan yang berbeda, dan kelas kami mendapat tema Guangdong. Proses awal side quest ini dimulai dengan diskusi internal kelas mengenai jenis makanan yang akan disiapkan. Kriteria pemilihan mencakup kemudahan dalam proses pembuatan, daya tahan makanan agar tidak mudah basi, serta kesesuaian dengan aturan sekolah yang tidak memperbolehkan kegiatan memasak di lingkungan sekolah demi menjaga keamanan. Setelah mempertimbangkan beberapa pilihan, kelas kami memutuskan untuk membuat mi wonton (yuntun mian), yang dikenal sebagai bagian dari masakan Kanton di wilayah Guangdong, meskipun secara historis wonton pertama kali dikenal di daerah Hunan sebelum akhirnya menyebar ke Guangdong pada masa Dinasti Tang dan Song. Selain mi wonton, kelas kami juga menyiapkan hidangan steam egg custard, yaitu masakan rumahan yang populer karena teksturnya yang lembut dan metode memasaknya yang khas melalui pengukusan, sesuai dengan karakteristik masakan Guangdong yang banyak menggunakan teknik kukus dan rebus. Kedua jenis makanan ini disiapkan di rumah salah satu siswa untuk kemudian dibawa dan disajikan di sekolah.

Penyajian makanan dilakukan di hari dan jam yang telah dijadwalkan, dengan ketentuan bahwa hanya satu kelas yang keluar ke area Pohon Cinta pada satu waktu. Hal ini memberikan kesempatan bagi kelas tersebut untuk menata area penyajian makanan dengan lebih fokus, sambil melangsungkan pertandingan mahjong sebagai bagian dari presentasi budaya Tiongkok oleh kelas tersebut. Dalam pelaksanaannya, siswa-siswa yang tidak melanjutkan pertandingan mahjong bertugas membantu mempersiapkan dekorasi dan perlengkapan pendukung untuk stand makanan. Beberapa dekorasi yang digunakan antara lain ornamen bernuansa Tahun Baru Imlek, kipas, teko hias, serta berbagai hiasan yang merepresentasikan budaya Tiongkok. Selain itu, sebagian siswa yang tidak sedang bermain juga bertugas sebagai pengawas pertandingan mahjong untuk memastikan jalannya pertandingan sesuai aturan.
Proyek Mandarin ini tidak hanya menjadi sarana untuk mengenal budaya Tiongkok melalui permainan tradisional dan kuliner, tetapi juga menjadi momen kolaboratif yang melibatkan seluruh kelas. Setiap siswa berperan sesuai kemampuannya, baik dalam strategi permainan, persiapan makanan, hingga dekorasi. Dengan keterlibatan menyeluruh dari setiap anggota kelas, proyek ini menjadi salah satu kegiatan yang menyatukan unsur kebudayaan, kompetisi, kerja sama, dan kreativitas siswa dalam satu rangkaian kegiatan yang terstruktur.
Leave a Reply