
Jejak Perjuangan Albertus Soegijapranata: Dari Semarang Menuju Kemerdekaan
Mgr. Albertus Soegijapranata merupakan orang Indonesia pertama yang diangkat menjadi Uskup Agung setelah sebelumnya dinobatkan menjadi Vikaris Apostolik Semarang. Ia lahir di Surakarta, 25 November 1896 dan dikenal sebagai tokoh yang berperan besar dalam perkembangan gereja dan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Soegijapranata lahir dan besar di keluarga yang taat akan hukum Islam. Ia pindah dari Surakarta ke Yogyakarta, kemudian memutuskan keluar rumah untuk menjalani sekolah Guru di Muntilan. Selama bersekolah di Xaverius, Soegijapranata memiliki ketertarikan pada agama Katolik dan pada 24 Desember 1910 Ia dibaptis dengan nama baptis Albertus.
Dalam mempertahankan kemerdekaan, Soegijapranata memiliki peran besar dalam upaya mendapatkan pengakuan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Ia melakukan diplomasi ke Vatikan pada tanggal 18 Januari 1947. Pada diplomasi tersebut, Soegijapranata menguraikan kekejaman tentara Belanda pada Indonesia kepada Paus di Vatikan. Diplomasi tersebut dikatakan memberikan hasil yang baik sebab Vatikan memberikan pengakuan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 6 Juli 1947. Selain itu, Vatikan menggerakan hati umat Katolik di seluruh dunia untuk melakukan hal yang sama serta berdampak pula ke masyarakat internasional. Soegijapranata kerap menuliskan keprihatinannya terkait peristiwa-peristiwa di Indonesia yang kian memburuk dan menyengsarakan rakyat pada surat kabar The Commonweal milik Amerika. Melalui tulisannya Soegijapranata mendapatkan simpati dan empati dunia internasional.
Tidak hanya melalui tulisan-tulisannya, Soegijapranata juga memindahkan pusat layanan umat Katolik ke Yogyakarta yang sebelumnya berada di Semarang sejak 13 Februari 1947 dengan alasan Semarang telah diduduki oleh tentara Belanda, Soegijapranata selaku seorang Uskup mendukung penuh keberadaan negara Indonesia. Keputusan kepindahan Soegijapranata didasari fakta bahwa ia dapat mengawasi dengan langsung kondisi serta keadaan birokrasi Indonesia dan bisa berkomunikasi langsung dengan para pimpinan negara. Menurut kantor berita Antara, di pertemuannya dengan Presiden, Soegijapranata mengatakan bahwasanya dirinya siap mengajarkan umatmu menjadi warga negara yang taat.
Perjuangan Soegijapranata mencerminkan sikap nasionalisme dan religius. Sebagai uskup pribumi pertama, Soegijapranata tidak hanya memikul tanggung jawab sebagai pemimpin umat Katolik, tetapi juga tampil sebagai tokoh bangsa yang gigih memperjuangkan kemerdekaan dan kedaulatan negara. Ia menunjukkan bahwa menjadi seorang religius Katolik tidak mengurangi kecintaannya terhadap tanah air. Hal ini tercermin dalam semboyan “100% Katolik, 100% Indonesia”. Sikap nasionalismenya terlihat dari keberaniannya berbicara di forum internasional demi kedaulatan Indonesia, sementara sikap religiusnya tampak dalam pengabdian tanpa pamrih dan hidup yang mencerminkan nilai-nilai kasih, keadilan, dan perdamaian.
Banyak nilai yang dapat kita ambil dari kisah cerita kehidupan Soegijapranata. Pada 1 Korintus 4:2 dikatakan “Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai.” Firman ini menyatakan bahwa hal yang paling dituntut dari pelayan dan pengurus adalah ketaatannya. Dari masa kecilnya yang sudah mengikuti Tuhan sampai menjadi uskup, Soegijapranata telah menunjukkan kesetiaan dan pengabdian yang luar biasa kepada tak hanya Tuhan tetapi juga kepada negaranya sendiri. Dengan ketaatan yang berlandaskan atas dasar iman, kasih, dan rasa takut terhadap Tuhan dapat menumbuhkan kepemimpinan, dapat bertanggung jawab serta jiwa rela berkorban. Dalam lingkungan sekecil apapun tidak menutupi kemungkinan terjadinya konflik. Kehidupan sehari-hari dapat diatasi dengan nilai dasar ketaatan dalam Tuhan.
Perjalanan Soegijapranata dari masa kecil sampai menjadi uskup membutuhkan banyak perjuangan. Bahkan setelah menjadi uskup pun dia butuh melewati rintangan-rintangan dari berbagai macam sisi. Dari riwayat hidup Soegijapranata, dapat terlihat nilai-nilai vinsensian yang terbentang sepanjang hidupnya. Nilai vinsensian menegaskan bahwa tindakan berani harus diimbangi dengan kelembutan hatu, pelayanan nyata, dan perhatian terhadap orang lain. Melalui jasa-jasanya sebagai uskup, Soegijapranata telah menerapkan nilai-nilai tersebut dalam tindakannya.
Soegijapranata merupakan seorang tokoh yang bisa kita pandang dalam sisi keagamaan maupun nasionalismenya. Generasi muda dapat belajar mengenai ketulusan dan ketaatan Soegijapranata dalam melayani bangsa Indonesia, rakyat-rakyatnya dan sekaligus tidak melupakan Tuhan. Keberanian dalam tindakan perlu dilandasi dengan kejujuran, kelembutan hati, dan kasih sayang yang tulus.
Leave a Reply